Pangeran Nata Adiningrat Kagumi Warisan Budaya Lampung: “Patut Dibanggakan”

IMG_20250917_171129

Transsewu.com – Bandar Lampung ,  Suasana penuh kehangatan menyelimuti Lamban Gedung Kuning ketika Pangeran Nata Adiningrat, Dr. R.A. Huzaifah bin Dato’ R.H. Hashim, berkunjung untuk bersilaturahmi dengan tokoh adat dan masyarakat Lampung. Kehadirannya menjadi momentum penting dalam mempererat kembali ikatan budaya dan persaudaraan serumpun Melayu-Lampung yang telah terjalin sejak ratusan tahun silam.

Dalam keterangannya, Pangeran Nata Adiningrat menegaskan bahwa kedatangannya ke Indonesia bukan hal yang asing. Selain memiliki ikatan darah dengan sejumlah keluarga di Nusantara, ia juga merasa bagian dari keluarga besar yang menyatu melalui sejarah kerajaan-kerajaan Melayu dan Lampung.

Saya sudah sering ke Indonesia, karena masih ramai saudara, keluarga, dan teman di sini. Kami memang keturunan raja, tapi saya tegaskan kami bukan raja. Kami datang sebagai keluarga besar yang punya ikatan sejarah dengan kerajaan-kerajaan di Nusantara,” ungkapnya.

Saat ini, Pangeran Nata Adiningrat bertugas di Pemerintahan Negeri Malaka sekaligus menjabat sebagai Kepala Bidang Penyelidikan di organisasi Dunia Melayu Dunia Islam (DMDI), sebuah lembaga internasional yang berpusat di Malaka dan telah hadir di 23 negara termasuk Indonesia.

Ia mengaku terkesan dengan penyambutan masyarakat Lampung yang menurutnya penuh makna, terlebih dengan kehadiran cagar budaya Lamban Gedung Kuning yang menjadi bukti nyata kekayaan sejarah dan tradisi Lampung.

“Saya tidak menyangka sambutannya akan seperti ini. Awalnya saya kira hanya silaturahmi sederhana, ternyata di sini ada warisan budaya yang sangat bernilai. Masyarakat Lampung patut bangga karena masih menjaga peninggalan leluhur, bukan hanya dari sisi trah raja, tetapi juga dalam semangat melestarikan budaya Islam dan Nusantara,” katanya.

Sementara itu, Sutan Raja Diraja Lampung, Ike Edwin, menilai kedatangan tokoh Melayu dari Malaka ini menjadi wujud nyata eratnya hubungan serumpun yang diwariskan para leluhur.

“Melayu dan Lampung itu satu keturunan serumpun. Dulu para raja Nusantara saling menyatukan, hari ini kita melanjutkan persaudaraan itu. Kalau tidak ada adat dan budaya, kita tidak mungkin bisa bersatu. Indonesia punya Pancasila dan NKRI sebagai pemersatu, sementara adat dan budaya menjaga kita tetap bersaudara,” tegas Ike Edwin.

Ia juga menekankan, hubungan Lampung dan Malaka telah berlangsung sejak masa kejayaan perdagangan lada, jalur pelayaran Nusantara, hingga perjalanan para ulama yang singgah di Malaka sebelum menuju Tanah Suci.

Kedua tokoh ini sepakat bahwa adat dan budaya harus tetap menjadi perekat dalam menjaga persatuan, baik di tingkat lokal maupun regional, bahkan dalam lingkup lebih luas di Asia Tenggara.

 

Editor  : iffa. Yy |transsewu.com

About The Author