Menjadi Insan Cita yang Berdaya dan Berkontribusi:Refleksi Pasca-Ramadhan

Foto : Tohir Bahnan, Ketua Umum HMI Cabang Bandar Lampung.
TRANSSEWU.COM – B. lampung, Tohir Bahnan, Ketua Umum HMI Cabang Bandar Lampung menyampaikan Ramadhan selalu menjadi momentum terbaik bagi setiap insan untuk melakukan refleksi diri. Bulan suci ini bukan sekadar ajang menahan lapar dan dahaga, tetapi juga kesempatan untuk menempa keimanan, memperbaiki akhlak, serta memperkuat komitmen sosial terhadap lingkungan sekitar. Namun, yang lebih penting dari itu adalah bagaimana kita melanjutkan semangat Ramadhan setelah bulan ini berlalu.
Sebagai kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), kita memiliki tanggung jawab moral dan intelektual untuk menjadi insan cita yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga berdaya dan mampu berkontribusi bagi masyarakat. Ramadhan telah mengajarkan kita tentang kedisiplinan, kepedulian, dan keteguhan dalam menghadapi tantangan. Nilai-nilai inilah yang harus kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam dunia akademik, sosial, maupun profesional.
Menjadi Insan Cita yang Berdaya
Berdaya berarti memiliki kapasitas dan kompetensi untuk membawa perubahan. Mahasiswa HMI harus mampu menjadi agen transformasi di tengah masyarakat. Kemandirian berpikir, keberanian bersikap, dan keterampilan memecahkan masalah adalah kunci utama bagi kader HMI untuk terus berkembang.
Setelah Ramadhan, semangat untuk meningkatkan kualitas diri harus tetap terjaga. Perbanyak literasi, asah kemampuan berpikir kritis, dan perluas jaringan dengan berbagai elemen masyarakat. Jangan sampai kita hanya menjadi intelektual yang sibuk berdebat tetapi minim aksi. Seorang insan cita sejati adalah mereka yang mampu mengubah ide menjadi gerakan nyata yang bermanfaat.
Berperan dan Berkontribusi untuk Masyarakat
Islam mengajarkan bahwa sebaik-baik manusia adalah mereka yang paling bermanfaat bagi orang lain. Ramadhan telah menanamkan nilai solidaritas sosial yang tinggi, maka setelah bulan suci ini, kita harus terus menghidupkan semangat kepedulian tersebut.
Kader HMI tidak boleh menjadi generasi yang pasif. Kita harus aktif dalam kegiatan sosial, advokasi kebijakan publik, dan menjadi solusi bagi permasalahan yang dihadapi masyarakat. Saat ini, banyak isu sosial yang membutuhkan keterlibatan kita, mulai dari pendidikan, ekonomi, hingga lingkungan. Dengan keilmuan dan pemahaman yang kita miliki, kita bisa menjadi bagian dari perubahan yang lebih baik.
Menjaga Spiritualitas dan Kebermanfaatan
Salah satu tantangan terbesar setelah Ramadhan adalah mempertahankan kebiasaan baik yang telah kita bangun selama sebulan penuh. Jangan sampai ibadah dan akhlak yang telah kita latih selama Ramadhan hilang begitu saja ketika bulan Syawal datang. Konsistensi dalam menjaga spiritualitas akan menjadi fondasi kuat bagi kita untuk tetap berdaya dan berkontribusi.
HMI sebagai organisasi kader harus menjadi wadah bagi anggotanya untuk terus berkembang, baik dalam aspek intelektual, sosial, maupun spiritual. Dengan memegang teguh nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan, kita bisa menjadi generasi yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga menjadi pemimpin yang amanah dan membawa perubahan bagi bangsa.
Mari kita jadikan Ramadhan ini sebagai tonggak momentum untuk semakin kuat, semakin peduli, dan semakin bermanfaat. Sebagai insan cita, kita tidak hanya hidup untuk diri sendiri, tetapi juga untuk memberikan dampak positif bagi sesama.
Salam Perjuangan!
Editor : Iffa. Yy., A.Md, Kom
TRANSSEWU.COM